Tuesday, January 31, 2006


THE SOUND OF MUSIC

Film ini emang jadul abis, dibuat tahun 1960-an. Mengisahkan sebuah keluarga Von Trapp di Austira. Setting tempatnya pun amat indah, di kelilingi bukit. Mengisahkan seorang calon biarawati yang amat pembangkang sama aturan-aturan gereja. Saking bandelnya, sama Kepala biarawati dikasih pilihan, mau tetep terus jadi biarawati atau menjalani hidup seperti biasa. Si Maria tetep kekeh pengen di sana. Tapi Kepala biarawati punya rencana lain. Akhirnya Maria disuruh jadi pengasuh sementara seorang keluarga menengah atas yang punya 7 anak. Si maria tentu aja kaget. Gila aje gue harus melihara 7 anak, gi
tu kata Maria. Tapi karena udah disuruh, dia harus patuh. Akhirnya dengan deg-degan dan rasa ragu-ragu, sampe juga di kediaman Von Trapp Family. Disana udah menunggu Georg Von Trapp, si kepala keluarga. Sementara anak-anaknya, Liesl, Frederich, Kurt, Beth,Gretl dan dua orang lagi, gue lupa namanya, juga udah siap. Si ayah yang seorang kapten veteran, mendidik anak-anaknya layaknya anak buah kapal. Penuh Disiplin. Sampe-sampe manggil mereka dengan peluit. Yaa intinya siy, si maria berusaha mencairkan hati si kapten, biar lebih deket sama anak-anaknya, karena sang ibu udah lama meninggal. Maria juga ngajarin ke mereka untuk bisa bernyanyi dan bermain. Cerita ini diakhiri dengan Happy Ending, si kapten Von trapp menikah dengan Maria.

keunggulan dari cerita ini, meski hampir tiga jam tayangan, ceritanya ga bosenin. Soalnya dipenuhi musik-musik dan nyanyian yang bermutu dan kualitas yang bagus. Seperti lagu The sound of music, edelweis, doremi, sixteen going seventeen, dll. selain itu, angle yang diambil pun indah-indah, karena didukung tempat yang indah. Tapi kurangnya, dia kurang banyak ambil angle. Yang diambil banyakan wide angle ajah, gak ada close up atau extreem close up. Terus kan yang difokusin tentang maria dan anak-anak. Nah kelucuan anak-anak itu kurang diperlihatkan. Apalagi si kecil Gretl. Anaknya emang udah lucu, chubby gitu. Coba si gretl lebih banyak diambil gambarnya, lebih dekat. Terus, ada kesalahan dalam naskah or dialog. Kata si Referrend Mother waktu ngobrol sama maria, istri si kapten udah meninggal 7 tahun lalu. Mana mungkin 7 tahun lalu udah meninggal, sementara anak terkecilnya, gretl baru berusia 5 tahun. hahaha gotcha.

After All, pelemnya bagus, bagus banget. Sampe2 gue selalu nonton tuh pelem, hampir tiap hari. Apalagi kalo lagi bt. Abis nonton pelem itu langsung ceria lagi. cie... ceria... Abis tuh pelem emang gak bertendensi apa-apa. Kalo nonton pelem komedi romantis kan nyesek juga. Jomblo, tapi nonton komedi romantis, yang akhrinya pasti yayang-yayangan. IRI IRI IRI tauk....

Nah The sound of music ini juga diadopsi oleh salah satu tv series, The Nanny yang diperankan oleh Fren Drescher. Cerita-cerita nya mirip-mirip lah. Si Fren Fine sang nanny yang mengasuh 3 orang anak seorang produser pertunjukan Mr. Sheffield. Anak-anaknya yang tadinya bandel jadi penurut banget ama tuh pengasuh. Intinya, inilah the sound of music modern.

Dua film inilah yang nemenin gue, kalo pulang kerja. Penat kerja jadi ilang, dengan lelucon film the nanny, atau indahnya pemandangan film the sound of music......

Monday, January 30, 2006


SATU MINGGU


Satu minggu ini, dipenuhi liputan-liputan yang ringan, tapi juga mengejutkan. Mendekati imlek, diproyeksikan untuk meliput jeruk imlek. Sebenernya bukan sekedar buah jeruknya aja, tapi puun jeruk yang lagi berbuah lebat. Katanya siy, pohon jeruk ini punya nilai yang penting bagi orang cina. Selain untuk menambah rejeki juga untuk nambah kedamaian. Damai di bumi damai dilangit. hehehe. Katanya siy, kalo mau cari tukang pohon jeruk adanya di senayan. Di senayan emang ada. Tapi, karena gue kesananya udah h-1 menjelang imlek, ya udah pada abis deh pohon-pohon jeruk itu. Pasalnya mereka yang merayakan imlek akan membeli pohon jeruk seminggu sebelum atau 2 minggu sebelum imlek. Mungkin biar rejekinya nempel lebih lama kali yeee. Soalnya sesudah imlek, pohon itu udah gak punya aura magis lagi.

Bayangin. Mereka yang percaya akan hal itu berani membeli pohon-pohon jeruk impor asal cina ini dengan harga mencapai 9 juta rupiah! Ya.. untuk dipajang aja. Abis itu dibuang. Tapi kalo untuk dimakan juga gak papa. Wawww bisa jadi jeruk termahal didunia donk.

Walaupun wangi jeruk amat tajam dan menggiurkan, gue gak tega untuk minta satu pun buah jeruk sama pedagangnya untuk dicicipi. Gak tega bok. Sepuun jeruk lengkap dengan buah jeruk yang kuning-kuning itu, langsung dibawa dari cina.

Dipikir-pikir, bakalan garing liputan kali ini. Lagi pula, selain ujan gak satu pun pembeli yang terlihat. Tapi menjelang siang hari, ada satu orang pembeli yang membeli pohon jeruk yang tingginya sampe 2 meter itu. wahh akhirnya.